Rabu, 23 Juni 2010

Nikmatilah Kopinya...

Sekelompok alumni satu universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi professor kampus mereka yang telah tua. Percakapan segera terjadi dan mengarah pada komplain tentang stress di pekerjaan dan kehidupan mereka.

Menawari tamu-tamunya kopi, professor pergi ke dapur dan kembali dengan poci besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis - dari porselin, plastik, gelas, kristal, gelas biasa, beberapa diantara gelas mahal dan beberapa lainnya sangat indah - dan mengatakan pada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.

Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan : "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja. Meskipun normal bagi kalian untuk mengingini hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami."

"Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi. Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukanlah cangkirnya, namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain."

"Sekarang perhatikan hal ini : Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya. Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan. Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita hidupi. Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita."

Jadi nikmatilah kopinya, jangan cangkirnya.

Sadarilah jika kehidupan anda itu lebih penting dibanding pekerjaan anda. Jika pekerjaan anda membatasi diri anda dan mengendalikan hidup anda, anda menjadi orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan. Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri anda sebagai manusia.
Pastikan anda membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan anda!!

Dikutip dari sebuah milis

Site Map


Jumat, 18 Juni 2010

Penyimpangan Idealisme

Dari sejumlah pengalaman bekerja di dunia INGO, mungkin sejumlah rekan-rekan akan semakin menyadari betapa sering kali kita menyimpang dari misi yang disebut 'humanitarian organization'.

Bagaimana tidak?
Jika diawal-awal bekerja kita masih sangat idealis untuk bekerja bagi masyarakat atas nama kemanusiaan, maka setelah terjun didalamnya kita mulai lebih tertarik dengan hal-hal diluar itu.
Katakan saja contohnya peluang untuk bisa training sambil jalan2 baik itu didalam maupun diluar negeri, jumlah gaji yang diperoleh, sampai kepada hitung-hitungan belajar bahasa asing.

Namun apa yang menjadi keresahan utama penulis, adalah ketika penyimpangan2 tujuan tidak hanya sebatas keuntungan pribadi, namun sudah merambah pada pola kebijakan organisasi itu secara umum. Misalnya saja ketika berbicara mengenai hal-hal yang menyangkut management, baik itu sistem kontrak kerja, pengaturan jam bekerja, jumlah gaji yang dibayarkan dan yang paling penting adalah dampak dari projek ataupun program yang dilakukan, siapa sebenarnya yang lebih merasakan keuntungannya, masyarakat atau siapa?

Hal inilah yang patut kita renungkan bersama dan kita kaji ulang, apakah sejauh ini peran INGO masih melekat dengan keperduliannya terhadap rakyat miskin, atau hanya sebagai simbol dari sistem kolonialisme model baru, yang cenderung bersifat menjual kemiskinan.